Kisah syekh abdul qodir jailani:

Kejujuran adalah sesuatu yang tiada dapat dinilai harganya.



Cerita ini adalah kisah tentang syekh abdul qodir jailani semasa kecil.ketika masih kecil ia sudah yatim,ibunya hidup menjanda dan dalam kesederhanan.
Abdul qodir suka sekali belajar ilmu ilmu agama dikampungnya,karena selalu haus akan ilmu,dan rasa ingin tahu secara mendalam akhinya ia meninggalkan kampu  ngnya.Abdul qodir pergi ke ibukota yaitu baghdad.Ia menganggap dibaghdad inilah ia bisa menyerap ilmu sebanyak banyaknya.
Memang masih terlalu kecil usianya kira kira belasan tahun.Waktu itu ia pergi dititipkan bersama rombongan pedagang yang sama sama ke baghdad.Menjelang keberangkatanya ia mendapat bekal dari ibunya 80 keping emas.Karena takut diperjalanan nanti bekal itu hilang atau di minta penjahat,maka oleh ibunya dijahitkan pada pada bagian bawah mantelnya.Uang yang diberikan kepada abdul qodir ini adalah warisan dari almarhum ayahnya.
Menjelang keberangkatanya Abdul qodir mendapat pesan dari ibunya,"Wahai anaku Muhammad Abdul qodir jailani aku berpesan kepadamu janganlah engkau berdusta,jangan berbohong dalam segala keadaan,jujurlah terhadap siapapun juga".abdul qodir berkata"baik dan insya Allah pesan ibunda akan kulaksanakan.
Berangkatlah abdul qodir bersama para pedagang lainya mengarungi lautan pasir.Akhirnya sampailah mereka
di daerah Hamadan,saat itu kereta yang di tumpangi abdul qodir dan para pedagang diberhentikan sekawanan perampok.para perampok menggeleda menjarahi barang barang para pedagang,mengambil barang barang yang ada.hanya abdul qodir saja yang tak di geleda,mungkin dianggap anak kecil lagi pula pakaianya compang camping tak mungkin mempunyai harta atau barang brharga pikir perampok itu.selagi ia memperhati kan perampok itu ternyata iapun diperhatikan oleh salah satu kawanan perampok itu.lalu perampok itu menghampiri abdul qodir,dan bertanya padanya,
"hei anak kecil siapa namamu?"
"namaku Muhammad Abdul qodir"jawab abdul qodir jailani.
"adakah engkau membawa atau mempunyai uang?"
abdul qodir menjawab"ya,aku memiliki 80 keping emas"
"coba tunjukan padaku mana uang yang kau maksudkan itu?"
"disini,oleh ibuku dijahit dibawah mantelku."jawab abdul qodir dengan jujur sambil menunjukan uang yang disimpan dijahitan ibunya.
Perampok itu tercengang dan terperanjat manakala mendengar dan memperhatikan ulah si kecil abdul qodir.betapa si anak ini jujur sekali,sampai sampai ia tak brdusta sedikitpun walau uangnya telah disimpan ibunya dijahitan mantelnya.perampok itu sangat terharu akan kepolosan dan kejujuranya.
Abdul qodir kemudian dibawa dan dihadapkan ke pemimpin perampok itu,oleh pimpinan perampok itu ditanyai dan abdul qodir menjawab dengan jawaban serupa.semua perampok yang ada merasa kagum padanya.hatinya bergetar dan tersentuh hatinya.
"Cobalah nak kau ceritakan bagaimana hingga kau bisa jujur seperti ini?padahal kami ingin merampas uangmu itu.kata perampok itu.
abdul qodir menjawab"menjelang keberangkatanku ibuku memberi 80 keping emas,uang itu adalah warisan dari ayahku.oleh ibuku menjahit dimantelku untuk menyimpan uang itu agar tak di ambil perampok atau hilang karena jatuh.lalu ibuku berpesan agar aku selalu jujur dan tak berdusta walau dalam setiap keadaan.makanya ketika kalian tanya aku tak merahasiakan semua miliku yang tersimpan dan tersembunyi.
Mendengar perkataan abdul qodir pimpinan perampok itu merasa terharu hatinya.air matanya jatuh,ia menangis dan dengan tiada malu malu ia berlutut dibawah kaki abdul qodir jailani.Ia dan anak buahnya akhirnya sadar bahwa kejujuran adalah suatu yang tak ternilai harganya,betapa sangat mahal,mereka kemudian insyaf dan konon para perampok itulah yang menjadi murid pertama kalinya abdul qodir jailani.
itulah kisah masa kecil abdul qodir jailani seorang anak yang jujur.dengan kejujuranya ia dapat melumpuhkan hati perampok itu.
Semoga dari cerita ini kita dapat mengambil hikmahnya,.bahwa jujur itu lebih baik dari kebohongan,dan belum tentu kebohongan itu bisa menjadikan hati kita tenang.semoga kita mempunyai sifat seperti syekh Abdul qodir jailani...amin.


cerita ini diambil dari buku:80 Wasiat syekh abdul qodir jailani
pengarang:Ny.kholilah marhijanto
baca juga tentang"kejujuran dan keboongan"